Friday 2 August 2013

Laporan Herbarium

Praktikum 6
Pembuatan Herbarium

I.    Pendahuluan
1.1.    Tujuan praktikum

-    Mengoleksi spesimen seranting daun dan kulit batang dari satu jenis pohon dengan cara koleksi kering
-    Menguraikan risalah singkat dari pohon untuk di cantumkan pada label herbarium
1.2.    Dasar teori
          Herbarium berasal dari kata “hortus dan botanicus”, yang artinya kebun botani yang dikeringkan secara sederhana, yang dimaksud herbarium adalah koleksi spesimen yang telah dikeringkan, biasanya disusun berdasarkan sistem klasifikasi (Sama, 2009).
          Herbarium berguna dalam pengenalan dan identifikasi jenis-jenis tumbuhan. Pada tumbuhan tingkat rendah organ-organ tersebut adalah spora atau kumpulan-kumpulan spora dan bagian-bagian tertentu yang spesifik. Sedangkan untuk tumbuhan tingkat tinggi, bagian-bagian tersebut berupa bunga, buah, dan biji karena dasar klasifikasi tumbuhan tersebut adalah struktur bunga (Sama, 2009).
Herbarium pertama kali ditemukan pada tahun 1600 di eropa. Adapun macam-macam herbarium di bagi menjadi dua yaitu :
a)    Herbarium basah
       Herbarium basah merupakan awetan dari suatu hasil eksplorasi yang sudah didentifikasi dan di tanam bukan lagi pada habitat aslinya. Spesiesmen tumbuhan yang telah diawetkan disimpan dalam suatu larutan yang di buat dari komponen macam zat dengan komposisi yang berbeda-beda adapun zat yang di gunakan pada herbarium basah diantaranya akuades, formalin 4% asam cuka 40% terusi alkohol 50% dan gliserin 10%. (matnawi 1989).




b)    Herbarium kering
       Herbarium kering adalah awetan yang dibuat dengan cara pengeringan, namun tetap terlihat ciri-ciri morfologinya sehingga masih bisa diamati dan di jadikan perbandingan.  Zat yang di gunakan dalam proses ini, formalin 4% atau alkohol 70% (matnawi, 1989).

Hal yang perlu diperhatikan pada saat proses pembuata herbarium :
1)    Tahap pengumpulan
        Pengumpulan tanaman dilakukan dengan melakukan eksplorasi di lapangan. Selanjutnya masukan tumbuhan yang diperoleh kedalam vasculum, atau dimasukan saja kedalam halaman sebuah buku yang tebal. Ambilah terutama dari bagian tumbuhan yang berbunga dan  berbuah. Bagian dari tumbuhan yang besar sedikitnya panjangnya 30-40 cm dan sedikitnya harus ada satu daun dan satu inflorescencia yang lengkap, kecuali kalau bagiannya yang khusus masih terlalu besar. Lihatlah bagian tumbuhan yang berada dibawah tanah. Serta mencatat hal-hal yang penting dan kehususan seperti : warna, bau, bagian dalam tanah, tinggi tempat dari permukaan laut, tempat, banyaknya tanaman tersebut (triharto, 1996).
2)     Cara pengeringan
        Tumbuhan diatur diatas kertas kasar dan kering, yang tidak mengkilat, misalkan kertas Koran. Letakan diantara beberapa halaman yang dobel dan sertakan dalam setiap jenis catatan yang dibuat untuk tanaman tersebut. Juga biasanya digunakan etiket gantung yang diikatkan pada bahan tumbuh-tumbuhan, yang nomornya adalah berhubungan dengan buku catatan lapangan. Tumbuh-tumbuhan yang berdaging tebal, direndam beberapa detik dalam air yang mendidih. Lalu tekanlah secara perlahan-lahan. Gantilah untuk beberapa hari kertas pengering tersebut. Ditempat yang kelembabannya sangat tinggi, dapat dijemur dibawah sinar mata hari atau didekatkan di dekat api (diutamakan dari arang). Tanaman dikatakan kering kalau dirasakan tidak dingin lagi dan juga terasa kaku. Diusahakan bahwa seluruh sample terus-menerus dalam keadaan kering. Makin cepat mereka mengering, maka makin baik warna itu dapat dipertahankan (triharto, 1996).
3)    Pengawetan
       Tanaman yang dikeringkan selalu bersifat hygroscopis, akan mudah sekali terserang jamur. Oleh karena itu, penyimpanan herbarium di tempat kering dan jemurlah koleksi tersebut dibawah sinar matahari. Ddan dapat  di  taburi zat bubukan belerang, naphtaline atau yang lebih baik dapat digunakan paradichloorbenzol. Kedua zat yang terakhir ini menguap langsung dan terus-menerus (triharto, 1996).
4)    Pembuatan herbarium
       Temple herbarium. Tempelkan nama pada kertas dengan kertas label. Tuliskan diatas kertas herbarium data mengenai tanggal, tempat ditemukan, tempat mereka tumbuh, nama penemu, catatan khusus, nama familia dan nama spesies (triharto, 1996).
Manfaat dan Kegunaan herbarium diantaranya, herbarium sangat penting artinya sebagai kelengkapan koleksi untuk kepentingan penelitian dan identifikasi, hal ini memungkinkan  karena pendokumentasian tanaman dengan cara diawetkan dapat bertahan lebih lama, kegunaan herbarium lainnya yaitu sebagai berikut (sama,2009):
-    Material peraga pelajaran botani
-    Material penelitian
-    Alat pembantu identifikasi tanaman
-    Material pertukaran antar herbarium di seluruh dunia
-     Bukti keanekaragaman
-    Spesimen acuan untuk publikasi spesies baru (sama,2009).













IV.    Pembahasan
         Praktikum kali ini yaitu tentang pembuatan herbarium atau awetan herbarium, dimana pembuatan awetan herbarium di bagi menjadi dua jenis yaitu herbarium kering dan herbarium basah. Spesimen yang kami gunakan dalam pembuatan herbarium kering adalah batang, ranting daun, daun dan akar dari Tumbuhan sungsang (Gloriosa superba). Sedangkan untuk pebuatan herbarium basah dari spesimen bunga dan akar pada tumbuhan sedap malam (Polianthes tuberosa L.).
        Pada pembuatan herbarium kering, bagian-bagian dari spesimen di recah menjadi dua bagian yaitu akar dan daun, ranting daun dari tumbuhan sungsang (Gloriosa superba). Dari bagian-bagian tersebut kemudian di cuci sampai bersih. Setelah itu, di awetkan dengan alkohol 70% dengan cara di semprot semua bagian spesimen sampai basah, yang berfungsi untuk menghindari kerusakan dari jamur dan serangga, kemudian letakan di atas koran yang berlapis untuk dipress dengan mengunakan sasag dan di ikat dengan tali rapia, proses terahir di jemur ± 7 hari. Setelah spesimen kering di tata di atas kertas BW dengan mengaunakan isolasi bening serta manunjukan bagian-bagian pada spesimen dan diberi label herbarium.
      Sedangkan pada pembuatan herbarium basah. Pertmanya spesimen di recah manjadi 2 bagian diantaranya bunga dan akar dari tumbuhan sedap malam (Polianthes tuberosa L.), kemudian tata/atur bagian-bagian tersebut pada objek glass sesuai dengan ukuran botol jam yang akan digunakan, kemudian dimasukan/di rendam ke dalam botol jam yang telah berisi larutan alkohol 70%, dan tutup dengan rapat, lalu beri label herbarium
      Jika kami bandingkan dengan literature Menurut Bagus (2012). pembuatan herbarium ditujukan sebagai acuan perbandingan pada saat kiranya ditemukan spesies yang menyerupai. Dalam proses pembuata herbarium, larutan pengawet yang digunakan haru sesuai. Dan spesimen yang akan diawetkan, harus terbasahi seluruh bagiannya agar awetan bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama dan menghindari kerusakan pada sepesimen yang disebabkan jamur maupun serangga, maka dilakukan pengaweten dengan alkohol. Karena jamur tidak aka tumbuh pada habitat yang kering. Serta proses terahir di beri keterangan yang berupa label untuk memudahkan indentifikasi tumbuhan tersebut.
V.    Kesimpulan
        Pada peraktikum kali ini dapat di simpulkan bahwa pembuatan herbarium di bagi menjadi 2 cara yaitu herbarium basah dan herbarium kering, dimana pembuatan herbarium pada awetan kering dengan cara menyerprotkan alkohol 70% pada spesimen smpai benar-benar basah sedangkan spesimen  yang kami gunakan pada herbarium kering yaitu daun dan akar pada tumbuahan sungsang (Gloriosa superba). Dan herbarium basah atau awetan basah cara pengawetanya dengan cara merendam bagian-bagian spesimen pada botol jam yang berisi alkohol 70% pada awetan ini menggunakan spesimen dari bunga dan akar pada tumbuahan sedap malam (Polianthes tuberosa L.).
VI. Daftar Pustaka
Matnawi, H. 1989. Perlindungan Tanaman jilid 1.        
        Kasinus : Yogyakatra Nuraenina
Sama, Surya. 2009. Pengaweatan Tanaman dan Pengawetan Hewan.
       UPI : Bandung
Triharto, Ahmad. 1996. Dasar-dasar perlindungan Tanaman.
       UGM press : Yogyakatra 

No comments:

Post a Comment